Beranda | Artikel
Kenapa Tidak Kritis pada Dalil?
Senin, 23 Juni 2014

Ketika ada yang mau berpegang teguh dengan ajaran Rasul, mau memahami dalil secara tekstual, ingin menerapkan halal dan haram sebagaimana yang Allah dan Rasul-Nya tunjukkan, maka ketika itu disebut tidak kritis dan pikirannya tidak jauh ke depan.

Itulah yang biasa disematkan oleh kaum liberal pada orang yang berpegang teguh dengan ajaran Islam.

Allah Ta’ala berfirman,

فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaum Nuh: “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Hud: 27).

Yang dimaksud orang-orang yang hina yaitu dhu’afa’. Maksudnya adalah orang-orang yang pemahamannya kurang. Jadi, pengikut Rasul digelari orang yang tidak cerdas, tidak kritis, dan tidak punya pandangan yang jauh ke depan.

Guru kami, Syaikh Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan -semoga Allah berkahi umur beliau- berkata, “Itulah yang dibanggakan oleh kebanyakan orang fasik dan musuh Islam, mereka mengejek setiap muslim yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam dan juga mengejek ulamanya sebagai orang yang bodoh dan tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka merendahkan orang Islam dengan pandangan semacam ini. Padahal para ulama memandang suatu masalah dengan pandangan tajam. Para ulama menghukumi suatu masalah dengan akan dan pengetahui dengan taufik dari Allah. Perintah dan larangan yang mereka keluarkan adalah dari Allah.”

Gelaran lainnya yang disematkan pada ulama adalah, “Para ulama itu hanya menguasai haidh dan nifas, ulama hanya paham istinja’ (cebok) dengan batu, atau hanya mengilmui hal parsial dan tidak mengetahui fikih praktis.” (Syarh Masail Jahiliyyah, hal. 54).

Hanya Allah yang memberi taufik.

Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 26 Sya’ban 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom

Telah hadir 2 buku terbaru buah karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal “10 Pelebur Dosa” sebanyak 64 halaman (ukuran buku saku) dan buku “Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang sebanyak 198 halaman (ukuran A5) terbitan Pustaka Muslim Yogyakarta. Dapatkan segera dengan harga Rp.6.000,- untuk 10 pelebur dosa dan Rp.30.000,- untuk Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang (belum termasuk ongkir).

Segera pesan via sms +62 852 00 171 222 atau BB 2A04EA0F atau WA +62 8222 604 2114. Kirim format pesan: paket buku dagang dan pelebur dosa#nama pemesan#alamat#no HP#jumlah paket.


Artikel asli: https://rumaysho.com/7966-kenapa-tidak-kritis-pada-dalil.html